Kamis, 31 Maret 2011

Makalah perekonomian Indonesi

TUGAS MAKALAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
Berjudul
Krisis Pangan dan Gizi Buruk
Di Indonesia

disusun oleh :
Nama : FERA LUFHIDARANI PRANITA
Kelas : 1 EB 19
NPM : 22210722














Latar belakang
Dinegara Indonesia yang kita ketahui adalah negara yang mewah, gedung-gedung besar, pusat bisnis yang sangat menggiurkan bagi investor, pusat pekerjaan yang menjanjikan sesuatu yang mewah dan megah. Tetapi dibalik itu semua kalau kita perhatikan lebih seksama banyak sekali masyarakat yang kekurangan bahkan didaerah-daerah terpencil seperti Indonesia bagian Timur. Penduduk Indonesia tidak semuanya berkehidupan layak dan mewah tetapi masih banyak sekali penduduk yang kurang gizi dan kurang pangan yang dikarenakan krisis pangan didaerah tersebut
Istilah krisis adalah dimana suatu kebutuhan lebih besar dibandingkan kesediaan barang yang diinginkan. Krisis pangan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti banyaknya populasi (angka kelahiran lebih banyak daripada angka kematian penduduk setiap tahunnya), teknologi yang tidak merata didaerah-daerah terpencil, transportasi yang minim.
Laju pertumbuhan penduduk dapat menjadikan krisis pangan karena semakin banyak angka kelahiran maka semakin banyak pula barang yang dikonsusmsi sedangkan lahan pertanian yang digunakan untuk menghasilkan pangan seperti lahan persawahan padi dan perkebunan menjadi menyempit digantikan oleh pemukiman, industri-industri, dan area rekreasi yang digunakan untuk bisnis semata tetapi akan menjadikan dampak krisis.

Masalah
Indonesia adalah negara terpadat setelah negara Cina, sedangkan pendapatan sebagian besar masyarakat Indonesia dibandingakan negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, Laos, dan Brunay darussalam.
Apabila pendapatan masyarakat indonesia lebih sedikit dibandingkan pendapatan negara-negara lain makan nilai beli masyarakat tersebut juga rendah. Apabila nilai beli sudah rendah maka untuk memenuhi kebutuhan seseorang sangatlah sulit (banyak sekali masyarakat yang berada dibawah garis ekonomi sedang). Masalah masyarakat miskin diberbagai daerah khususnya didaerah terpencil seperti Indonesia bagian Timur masih banyak. Faktor apa sajakah yang mengakibatkan Indonesia menjadi krisis pangan dan gizi buruk diberbagai daerah.








Landasan Teori
Pertama kali yang mencetuskan landasan teori krisis pangan adalah Thomas Robert Malthus (1766 – 1834). Malthus mengeluarkan teori yang sangat populer, yakni laju pertambahan penduduk meningkat berdasarkan deret ukur, sedangkan produksi pangan berdasar deret hitung. Deret ukur dalam pemahaman Malthus diartikan sebagai terjadinya peningkatan berdasar kelipatan yakni; 1, 2, 4, 8, dan seterusnya. Sedangkan deret hitung menjelaskan bahwa peningkatan terjadi berdasar penambahan tetap dengan angka variabel penambah 1, yakni 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
Teori ini jelas memperingatkan kita sebagai penentu generasi yang akan mendatang. Dalam teori Malthus dapat diartikan sebagai penghematan dan pelestarian SDA (Sumber Daya Alam), selain itu teori Malthus menjelaskan bahwa bangsa Indonesia harus menekan angka pertumbuhan penduduk seperti, KB (keluarga berencana) yang memiliki visi dan misi “Cukup dua anak saja”, menganjurkan tidak menikah diusia muda antara dibawah 19 tahun, Indonesia sudah menerapkan program tersebut. Tetapi masih banyak sekali masyarakat terpencil yang jauh dari perkotaan seperti daerah Indonesia bagian Timur masih menerapkan teori seperti “Banyak anak banyak rejeki”. Tetapi nyatanya banyak anak banyak juga uang yang harus mereka penuhi.
Contohnya : Keuarga A mempunyai 2 anak saja sedangkan keluarga B mempunyai 4 orang anak, sedangkan penghasilan keluarga A dan B sama-sama mempunyai penghasilan Rp1.000.000 dan setiap anggota keluarga memiliki konsumsi sebesar Rp 150.000 dan mengkonsumsi beras 1liter untuk 2 orang per hari, maka :
Keluarga A jumlah anggotanya 2 anak,ibu dan ayah menjadi total konsumsi adalah 600.000 sisa 400.000 dan beras yang dikonsumsi per hari adalah 2 liter beras
Keluarga B jumlah anggotanya 4anak,ibu dan ayah menjadi total konsumsi adalah 900.000 sisa 100.000 dan beras yang dikonsumsi adalah 3 liter per hari
Jadi keluarga A memiliki uang lebih untuk ditabung (saving) sebesar Rp 400.000 dan beras yang dikonsumsi hanya 2 liter per hari
Sedangkan keluarga B memiliki uang untuk ditabung ( saving) sebesar Rp 100.000 dan beras yang dikonsumsi 3 liter per hari
Dapat disimpulkan apabila makin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak pula jumlah uang yang dikonsumsi dan jumlah barang yang dikonsumsi. Oleh sebab itu indeks pertumbuhan penduduk tidak boleh melebihi kapasitas barang produksi sebab akan menjadikan masalah yang dinamakan “Krisis Pangan”







Pembahasan Masalah
Sejumlah provinsi di Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua patut diwaspadai pangan dan gizi didaerah tersebut. Faktor utama kurangnya pangan dan kadar gizi yang baik adalah faktor musim kemarau yang panjang dan karena daerah tersebut adalah daerah terpencil yang tidak dapat dicapai oleh kendaraan atau transportasi untuk mengangkut bahan pangan dari tempat penghasil barang pagan ke masyarakat terpencil dan tidak memiliki stok beras sendiri yang dimliki daerah tersebut.
Sebanyak 30 kabupaten dikategorikan sebagai daerah sangat rawan pangan. Sebanyak, 9 kabupaten diantaranya dipapua, 12 kabupaten di NTT, dan sisanya tersebar didaerah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Maluku. Total ada sekitar 100 kabupaten dari 349 kabupaten dan 91 kota diseluruh Indonesia yang perlu diwaspadai pangan dan gizi penduduknya.
Terjadi krisis pangan pada tahun 2008, ternyata pangan banyak tetapi masyarakat kesulitan mengakses. Akibatnya kebutuhan gizi masyarakat terutama yang golongan rendah tidak terpenuhi. Pada tahun 1989 jumlah balita kurang gizi dan gizi buruk mencapai 37,5 %. Tahun 2000 turun menjadi 24,7 % dan naik lagi tahun 2005 menjadi 28 %. Sebagian besar penduduk tersebut memiliki penyakit lumpuh sejak lahir, cacat mental (keterbelakangan), cacat fisik dikarenakan kurangnya gizi didalam makanan yang mereka konsumsi. Ini dapat dikatakan bahwa masih banyak saja masyarakat Indonesia yang masih kekurangan pangan yang mengandung gizi yang cukup. Mereka yang sudah terkena gizi buruk tidak dapat berbuat apa-apa karena penghasilan mereka tidak cukup untuk mengobati penyakit tersebut, untuk makan saja bagi mereka sudah susah apalagi untuk mengobati dan memenuhi gizi yang mereka konsumsi.

Dari data kompas yang didapat indikator gizi kesehatan penduduk Indonesia adalah:
Pada tahun 1989 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 6,3%
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 31,2%
Pada tahun 1992 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 7,2 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 28,2%
Pada tahun 1995 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 11,3 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 20%
Pada tahun 1998 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 10,5 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 19 %




Pada tahun 1999 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 8,1 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 18,3 %
Pada tahun 2000 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 7,6 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 17,1 %
Pada tahun 2001 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 6,3 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 18,8 %
Pada tahun 2002 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 8 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 19,3 %
Pada tahun 2003 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 8,3 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 19,2 %
Pada tahun 2004 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 8,6 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 19,6 %
Pada tahun 2005 jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk parah mencapai 8,8 %
Jumlah penduduk yang mengalami gizi buruk ringan mencapai 19,2 %
Makanan pokok daerah Indonesia bagian tinur adalah ubi, sagu dan jagung komoditas penduduk yang mengkonsumsi cukup banyak. Target pemerintah ditahun 2010 untuk meningkatkan produk konsumsi mencapai 16,5 juta ton. Tetapi target tersebut tidak tercapai hanya dapat mencapai 1,4 juta ton jagung. Ini dapat menimbulkan krisis pangan didaerah Indonesia bagian Timur.
Selain itu harga beras jarang yang berada dibawah harga Rp 5000, padahal pemerintah sudah menurunkan bea masuk import dari Rp 550 menjadi Rp 450, tetapi harga beras masih saja mahal untuk dikonsumsi oleh masyarakat menengah kebawah. Begitupula dengan minyak goreng Rp 8300 per kilo dipabrik. Untuk masyarakan yang memiliki pendapatan minim (masyarakan ekonomi bawah) sangatlah mahal. Karena faktor itulah banyak masyarakat yang tidak memperhatikan gizi dari makannan mereka, mereka hanya memperdulikan bagaimana cara menghilangkan rasa lapar saja.
Pada tahun 2011 ini pemerintah harus fokus untuk mencapai masyarakat yang lebih baik dari tahun-tahun yang lalu, yaitu masyarakat yang sejahtera dan makmur dengan memperhatikan beberapa faktor untuk mencapai tersebut dengan cara penerapan teknologi untuk prakiraan cuaca, menjaga daya beli masyarakat terhadap pangan (penghasilan masyarakat daerah-daerah terpencil), dan keamanan pangan (kadar gizi makanan yang baik untuk dikonsumsi masyarakat-masyarakatnya).



Asumsi :
Menurut saya, yang dikatakan krisi pangan didaerah Indonesia bagian Timur adalah dimana penduduk didaerah tersebut sulit untuk mendapatkan pangan karena didaerah tersebut sering terjadi musim kemarau berkepanjangan yang mengakibatkan gagalnya panen disektor-sektor pertanian. Akibat gagalnya panen tersebut penduduk harus mau tidak mau mengandalkan hasil panen (produk dari daerah luar) sedangkan yang kita ketahui daerah Indonesia bagian timur adalah daerah terpencil dari kota.
Karena daerah tersebut jauh dar daerah perkotaan maka penduduk tersebut mau tidak mau hanya mengkonsumsi makanan seadanya. Sehingga asupan gizi bagi mereka senagtlah tidak layak. Keadaan tersebut mengaibatkan sebagian penduduk tersebut mengalami penyakit busung lapar, cacat mental dan cacat fisik yang diakibatkan kurangnya asupan gizi.

Penutup
Dari maslah diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk Indonesia bagian timur belum sepenuhnya berkehidupan cukup dan angka gizi penduduknya belum terpenuhi karena masih banyak penduduk yang mengalami gizi buruk, penduduk yang mengalami gizi buruk tersebut sebagian adalah penduduk yang berpenghasilan rendah, mereka tidak memikirkan makanan yang mereka konsumsi tersebut baik, sehat dan bergizi untuk kesehatannya melainkan mereka hanya berfikiran perut mereka tidak lapar pun sudah bahagia. Sekalipun mereka sudah terkena gizi buruk mereka hanya pasrah dan menganggap itu hanya cobaan dan takdir dari Tuhan dan mereka tidak bisa melakukan apa-apa karena penghasilan mereka yang minim hanya untuk makan semata.
Krisis pangan masyarakat yang dialami Indonesia terutama Indonesia bagian Timur adalah musim kemarau yang berkepanjangan yang menyebabkan gagalnya panen daerah tersebut, daerah yang sulit dijangkau transportasi (terpencil), daya beli masyarakatnya rendah yang dikarenakan penghasilan yang minim.
Pemerintah harus lebih melihat kepada rakyat kecil terutama masyarakat pedalaman yang berpenghasilan rendah. Seharusnya raskin (beras miskin), puskesmas, imunisasi gratis, dan askes untuk rakyat miskin harus tersebar merata sekalipun didaerah terpencil agar kesehatan dan gizi bayi, dewasa dan manula semakin meningkat dan angka gizi buruk menurun.









Daftar pustaka
Kompas, Rabu, 23 Maret 2011
Jurnal Nasional, Rabu, 23 Maret 2011